JAKARTA – Universitas Jember (Unej) memiliki cara tersendiri untuk memanfaatkan lahan kosong. Dalam area seluas 13 hektare (ha) itu, UPT Agrotechnopark Unej memenuhinya dengan tanaman obat dan herbal, seperti kelor, kumis kucing, jahe, dan sambiloto.
Menurut Rektor Unej Moh Hasan, dari kesuluruhan luas tanah yang dialokasikan sebagai etalase tanaman herbal, berbagai tanaman obat mendapat jatah seluas satu ha. Etalase tersebut, lanjutnya, bisa dijadikan sabagai wahana edukasi masyarakat terutama bagi civitas academica Unej.
Selain itu, kata Hasan, lahan tersebut juga bisa menjadi sarana praktikum lapang maupun pengembangan keilmuan dalam hal obat herbal. Bahkan, kelak akan dijadikan sebagai pusat industri pengembangan dan pengolahan obat herbal.
“Pembangunan lahan herbal ini manjadi langkah awal menuju industrialisasi obat herbal yang sejalan dengan visi dari Unej dalam konteks pengembangan pertanian industrial dalam arti luas,” papar Hasan, seperti disitat dari situs Unej, Rabu (9/4/2014).
Hasan menyebut, desain dari taman tanaman obat yang akan dibangun hampir menyerupai seperti taman bunga yang ada di Eropa. Namun yang membedakan hanya pada jenis tanaman saja.
“Kalau di Eropa bunga-bunga saja tapi kalau di sini bunga dikombinasikan dengan tanaman obat sehingga tidak hanya indah namun juga sehat,” jelasnya.
Ketua UPT Agrotechnopark Arie Mudjiharjati menambahkan, lahan seluas 13 ha itu akan dibagi menjadi tiga cluster, yakni agrowisata edukasi, training center, dan agroindustri. Dia mengatakan, pembangunan agroindustri, kususnya produksi obat herbal akan semakin meningkatkan produksi obat herbal yang sebelumnya sudah dikembangkan oleh Fakultas Farmasi Unej.
“Saat ini industri obat herbal sebenarnya sudah mulai dikembangkan oleh Fakultas Farmasi Unej dan sudah memiliki produk yang sudah mengantongi izin dari Dinas Kesehatan sehingga sudah memiliki merek dagang,” ungkap Arie.
Arie menambahkan, desain pembangunan taman obat tersebut berbentuk tiga lembar daun tembakau. Hingga saat ini, lanjutnya, baru satu taman yang terselesaikan dan diproyeksikan pada pertengahan 2015 selesai secara keseluruhan.
Taman tanaman obat ini juga akan dilengkapi dengan sebuah gedung produksi dan gedung pengemasan obat herbal. “Lebih dari 100 jenis tanaman herbal kami siapkan untuk melengkapi koleksi tiga taman tersebut. Kami juga bekerjasama dengan Balitbang tanaman obat untuk pengembangan ke depan,” tutupnya.
(ade)
( sumber : http://news.okezone.com )